Hari sabtu kemarin, seperti biasa, jadwal Kintan visit dokter untuk imunisasi. Sebenernya udah dari lama sih agak nggak sreg sama dokternya, tapi mama pikir nggak apa2 lah, toh Kintan ke RS cuman buat imunisasi aja, alhamdulillah nggak pernah sakit apa2, kalaupun sakit ya ke dokter tapi obat yg ditebus nggak pernah diminum, hihihhi... Ya kalo cuma panas batuk pilek sih biasa kan anak kecil. Lagian mama juga udah punya SOP yang oke punya banget, kalau Kintan panas harus apa, kalau pilek harus apa, diare harus apa, nggak hanya dokter yang bisa, mama juga bisa, harus! hehehe... Kintan jadi pasien si dokter sejak kita sekeluarga pindah ke Depok. RSnya RS swasta yang ternama, ya otomatis waktu itu percaya aja sama kulifikasi dokter-dokter yang disitu, lagian dokter ini juga rekomendasi dari temen, katanya sih komunikatif, udah senior (tua=banyak pengalaman), nggak banyak kasih obat, dsb. Oke deh, mama pilih dokter ini juga akhirnya buat Kintan, dengan harapan dokter ini lebih baik daripada dokter anak di RS tempat lahir Kintan dulu (di Jakarta). Lama-lama setelah mama agak punya wawasan soal hal anak-anak, kok mama jadi nggak sreg sama dokter ini, papa juga. Kalau mau diskusi itu lho, susahhhh... Karna 1 pasien dijatah cuma 5 menit konsultasi, padahal kita bayar 100rb cuma untuk ketemu dokter itu. Puncaknya waktu visit hari sabtu kemarin, saat itulah mama dan papa putuskan untuk cari dokter lain aja, diawali dari diskusi ini: "Wah Kintan beratnya cuma 8,3 nih buk, sedikit banget ya" *si dokter coret2 buku growthchart "Ini cuma ada di persetil sekian buk, bla bla bla... *kalo cuman baca growchart aja aku juga bisa "normalnya anak 1 tahun itu beratnya 9kg lho buk, nih, biar ada di percentil 50" *hehehe, berat lahir Kintan 2.6kg. Berarti berat 1 tahun minimal 3xberat lahir= 7.8 kg -> Kintan 8.3 kg, normal2 aja menurutku. Ga tau deh kenapa dokter ini sangat weight oriented. Uhh sebel. "OK sekarang imunisasi yaa...." (seperti biasa Kintan nangis kenceng waktu disuruh tiduran di matras) Lalu si dokter pegang2 rambut Kintan, dan lalu ngomong begini "Nih buk, kalau rambutnya merah begini, berarti ini kurang gizi" *EXCUSE ME, kurang gisi?? WHATTTTT???? aku dan papa langsung nyahut bareng "Ah masak sih doookkk...." "Lho iya, anak kurang gisi itu rambutnya merah dan tipis. Kalau yg gisinya cukup pasti rambutnya item. Kecuali rambut bapak ibunya merah atau keturunan bule" *Oh boy, analisa darimana ini... kacian deh anak mama dibilang kurang gisi, hihihih... "Ah enggak ah dok, masak begitu...."*mama dengan cengar cengir "Lho ibu ini dibilangin kok nggak percaya!" *dengan nada sebel gitu sama mama, mungkin keki kali yee dibantah terus Lalu papa nanya, karna papa juga ngerasa dokter ini analisanya ngasal aja "Ada analisa lain dok kenapa anak saya beratnya 3 bulan ini segitu2 aja?" "Hmm... ya itu pak, makannya harus ditambah" *sekedar anda tau, ini solusi basi banget, pernah gak sih nyuapin anak kecil? kalau udah kenyang mau diapain lagi? dipaksa makan terus? ya muntah "Kalo udah kenyang ya anaknya nggak mau makan lagi dok" "Ya nambahnya sekali makan 1 sendok buk, biar dia nggak terasa" *ah teoritis banget, kenyataannya kan nggak seperti itu "Ya udah dok, saya minta surat pengantar buat tes ISK" *ISK=Infeksi Saluran Kemih "Lho, emangnya demam? sakit kalo pipis?" "Kalo silent ISK kan nggak pake tanda2 itu dok" Dokter diem aja "Ok, saya bikinkan surat pengantar untuk periksa lab" Aku kecewa banget karna nggak menemukan figur dokter yang aku inginkan di dokter itu. Pengennya dokter anak ya bisa aku ajak diskusi tentang anakku. Tentang hal sepele sekalipun, ya gpp, wong udah bayar mahal-mahal. Dokter kan dibayar untuk itu. Percuma aja ke dokter kalo segala sesuatunya tetep kita sendiri yang nyari informasi, nggak ada support sama sekali, bahkan kalau diajak diskusi malah sewot dikiranya kita nggak hormat. Please deh saya pasien dan anda dokter, kita sejajar, bukan anda guru dan saya muridnya. Jaman sekarang informasi terbuka lebar, nggak perlu sekolah 8 tahun dan jadi dokter untuk tahu masalah-masalah kedokteran, masih banyak literatur, masih banyak dokter-dokter lain yang berbaik hati membagi ilmunya dengan cuma-cuma. Masalah berat badan Kintan yang termasuk mungil, sebenarnya aku nggak masalah, karna kalau dari aktivitasnya Kintan masih pecicilan, perkembangan motoriknya sesuai standar, makan gampang, mama + papanya juga termasuk pemilik badan yang slim, hihihi, jadinya ya Kintan nggak gede2 banget, menurut grafik juga masih normal kok. Kurus bukan berarti kurang gisi, kan? (Kurang gisi: (1) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, dan pantat keriput. (2) Wajah seperti orang tua (monkey face). (3) Kulit keriput, kering, dan kusam. (4) Rambut tipis, kemerahan, dan mudah dicabut. (5) Anak cengeng dan rewel.). Hihihihi, masak Kintan keriput n tampang monkey sih? Iya kalo makannya tiap hari nasi + garem + kerupuk. Jadi tolong dibedakan ya dok, antara kurang gisi dan berat badan di bawah rata2. Kalau berat badan aja diributin, lha tinggi sama lingkar kepala nggak pernah diplot di growchart, papa mamanya ini yang ngukur, itupun kalo sempet. Lha trus dokter kerjanya apa?. Dokter pun nggak nanya anakku aku kasih menu apa, pola makannya gimana, bla bla bla. Langsung getok palu aja. Duh, kok ngasal begitu. Jangan sampe anakku jadi korban dokter dan perusahaan farmasi. Biasanya kalau bayi beratnya kurang, kalo nggak divonis flek paru ya gangguan pencernaan. Dan itu harus makan obat yang bejibun banyaknya. No no no, anak mama jangan sampe deh. Sepulang dari RS, mama dan papa putuskan untuk cari dokter lain yang lebih komunikatif, enak diajak diskusi. Bukannya aku meremehkan dokter itu, yah rasanya nggak sreg aja pakai beliau terus. Lagian kenapa? suka-suka aku kan? :p Bye doctor, that was our last visit...
Labels: Kintan |
Spt ada kontradiksi antara pin yang dipakai staff RS Hermina Depok tsb. Di pin yang tertempel di baju kerja mereka tertulis "I Care".
Kenyataanya? Belum spt yang diharapkan. Memang tidak benar mengeneralisasi bahwa gara2 1 dokter yang kurang (atau tidak) care semua dokter di RS tsb sama sikapnya spt dokter tsb.
Masukan buat manajemen Hermina Depok, pilih dokter yang benar2 care.
Kira2 care yang kumau :
Bersedia menggali info dari si pasien, walau si pasien tidak terlihat sakit. Jangan ketika sudah sakit baru ribut diagnosa dan orang tua dicecar dengan banyak pertanyaan yang (semoga tidak) membuat ortu semakin merasa terpojok/bersalah. Catat hasil ngobrol tsb di buku catatan kesehatan (buku pasien) sehingga kelak jika ada apa2 tak perlu lagi cari2 info.
Pancing pasien (ortunya) untuk berkonsultasi, yang secara tidak langsung ada tindakan preventif agar si pasien tidak ke dokter lagi (sakit maksudnya). Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Apakah rumahsakit dan dokter sudah berpikiran "bad news is a good news"?
Apakah dokter ideal hanya ada di seminar-seminar? Semoga tidak