Thursday, August 31, 2006 |
Berapa Lama Anda Mandi?
|
Dalam keadaan normal, aku bisa 15 menit selesai mandi. Tapi kalo kepepet atau buru2, misalnya mau berangkat naik KRL tapi bangun kesiangan, bisa jadi 15 menit itu aku udah mandi + dandan + siap berangkat. Ya tergantung sikon. Jaraaaang banget mandi sampe lebih dari 30 menit (kecuali special occassion misalnya kayak pas mau nikah dulu... hihihihi, jadi malu).
Tapi ada lho, orang2 yang mandinya luamaaaaa bangettttttttttt.... Ga tau ngapain aja di kamar mandi. Ada yang bilang cari inspirasi, hehehe... Tak habis pikir aku ni, kamar mandi bisa mendatangkan ide, o ow... Bcause of the interior? Or the smell? huakakakakka... *ga kebayang... :p
*Papa, you have to write your comment. :D |
posted by Unknown @ 3:23:00 PM |
|
|
|
Kerupuk
|
Makanan favorit Kintan selain susu adalah kerupuk. Mungkin karna kalo digigit bunyi, dia jadi penasaran, kalo dikasih kerupuk pasti asyik banget, dimakan sampe abis bis biss... Tapi karna makanan ini kurang ada gisinya, mama gak kasih Kintan kerupuk banyak2, cuma dikit aja dan jarang2. Itu dia kenapa, kalo dikasih kerupuk Kintan langsung ceria banget, horeeee!!!! |
posted by Unknown @ 12:58:00 PM |
|
|
Friday, August 25, 2006 |
Kintan Itok
|
Akhir-akhir ini nama panggilan Kintan berubah, jadi Itok. Nama panggilan Kintan emang banyak, dan selalu ganti2 menyesuaikan dengan tuntutan jaman, hehehe... Dulu pernah dipanggil Tamagotchi, ini waktu Kintan masih bayi banget. Lucu sih ya, dari bayi kecil mungil, cuma dikasih susu bisa jadi gede, hehehe, kayak tamagotchi aja, hihihi...
Dari Tamagotchi, pangilan berubah jadi Pet Pet (yang ini rahasia alasannya, hihihi..).
Terakhir dipanggil Itok. Kintan ga bisa sih nyebut Kintan, kalo diajari sama papa atau aku atau mbak nya, "K I N T A N ...", dia niruin tapi bunyi yang keluar jauh dari yang dimaksud, " I T O U W W W...". Diajari lagi "Kintaaan..." "Iiitouwww..." "Kiiiin... Tannn..." "Iii.... Touwww..." Mau diulang sampe 30 kali juga tetep, "Itouww.... " dengan ekspresinya yang lucuuuu... Bilang "i" nya sampe meringis dan "touw" nya sampe mulut Kintan bunder kayak huruf O, hahaha...
Ya gpp deh, mama sama papa yakin kok, nanti suatu saat Kintan pasti bisa sendiri ya nak yaa... :) |
posted by Unknown @ 10:09:00 AM |
|
|
Thursday, August 24, 2006 |
Kuliah Lagi...
|
Akhirnya kemarin jadi juga ngisi FRS ke kampus, ambil mata kuliah buat semester depan ini, setelah bayar denda readmisi 1.5jt dan ngurus permohonan aktif kembali ke akademik. Matkul yang aku ambil beda sama temen2 seangkatan, karna mereka udah mau selesai, udah pada ambil KKP, ada juga yg skripsi.
Kebanyakan kalo ada kakak kelas yang cuti karna punya bayi, cutinya cuma 1 semester aja, tapi aku kemarin cuti 2 semester, ya gimana lagi, cuti yg pertama karna nunggu waktu lahiran, kalo yg kedua karna udah pindah rumah, jauh, Depok, dan lagi ngejar target asi ekslusifnya si Itok (Kintan), jadi ga sempat kuliah, jam pulang kantor langsung cabut.
Yah gpp, semua ada waktunya, kata mbak Lilis. Beliau ini sempat keteteran juga kuliahnya karna punya 2 balita, hehehe, tapi bisa lulus tuh, hebat dehh! Juga mbak Ani yang kuliahnya rajin banget, sabtu2 bela2in masuk, hihihi... Kalo aku, kuliah pas weekend? gak deh makaseeeehhh... Mending bobok di rumah --> kapan kelarnya kalo begini terus... :(
Papa lebih parah lagi, sama2 2 semester mandeg kuliah, yang pertama kali memang niat mau kuliah, udah ambil matkul lumayan banyak, tapi karna Itok baru lahir dan kita belum punya pembantu, jadi 1 semester full ga pernah ke kampus, karna pulang kerja harus cepet pulang gantiin aku shift jagain Itok. Nah semester yg satunya lagi, ikut2an aku cuti, karna ya harus cepet2 pulang ke Depok, nganter aku.
Kalo prinsipnya papa "Kuliah mah nyante aja lagi ma, yg penting ga boleh ganggu keluarga n hoby motret, hehehe...", halah, emang dasar juru poto... "Masih banyak waktu ma, maksimal kan 7 tahun, ini baru berapa tahun, yg penting belum DO", hayaah ini prinsip apa lagi..
Tapi, banyak kok yang seperti ini, kerja + kuliah + punya anak. Banyak yang bisa lulus, banyak juga yang DO, hihihih.... Ya semoga saja me n papa bisa lulus jadi sarjana, heheheheh... *mimpi indah :p |
posted by Unknown @ 9:10:00 AM |
|
|
Tuesday, August 15, 2006 |
Pembantu Sembrono
|
Sekiranya anda adalah ibu Suharti, apa yang akan anda lakukan? Ini cerita nyata, aku baca di milis Sehat tadi pagi, aduhhh sampe hampir nangis deh... kejem banget...
----------- Dear Dr & Sps,
Saya mau curhat nich mengenai kejadian yang menimpa anak saya Nadila (28 bulan) yang saya tinggal kerja karena ulah pembantu saya yang teledor... Anak saya ini sebelumnya diasuh oleh pembantu yang sudah ibu - ibu selama 2 tahun dia sangat baik dan sayang sekali sama anak saya, tapi karena dia hamil dia minta ijin pulang dan melahirkan ke kampung.
Nach dari sinilah kejadian ini bermula, Anak saya kemudian diasuh oleh pembantu saya yang baru yang masih berusia 18 th, Memang selama ini saya sering dapat cerita bahwa pembantu baru saya ini ganjen dan sering ninggalin anak saya sendiri di rumah kalau sedang tidur tapi niggalinnya nggak jauh jauh cuman ngrumpi di tetangga sebelah.
Hari sabtu kemarin seperti biasanya saya pergi kerja jam 08.00 (lembur wajib), kira kira jam 10.00 saya dapat telphon dari tetangga saya dan bilang bahwa anak saya ditinggal sendirian dirumah dan dikunci di dalam.
Saat itu juga saya pulang kerumah dgn diantar suami saya (kebetulan suami saya satu perusahaan), perjalanan dari kantor kerumah kira - kira memakan waktu 30 menit. Sampai dirumah langsung saya menangis melihat kondisi anak saya yang dikunci dikamar, nangis tidak ada yg menolong, mata sudah bengkak dan muka yang ketakutan. Ibu siapa yang tahan melihat kondisi anak kita yang diperlakukan seperti ini, kita gaji dia akan tetapi anak kita diperlakukan seenaknya di belakang kita. Langsung saya pergi ke tetangga sebelah yang biasa pembantu saya main kesitu, takjub lagi..........ternyata anak tetangga sebelah saya kondisinya sama dengan anak saya dikurung didalam rumah.........keterlaluan.......benar benar tak punya hati mereka... Kondisinya tak jauh beda dgn anak saya, kemudian saya telphon orangtuanya yang kebetulan sama dgn saya sama - sama masuk pagi semua. Hari sabtu itu gemparlah lingkungan di tempat saya tinggal...karena ada 2 anak kecil yang sama sama dikurung dan ditinggalkan penjaganya.
Saya tunggu pembantu saya pulang, baru kira kira jam 12.00 siang munculah mereka...ternyata pembantu saya itu pergi dengan pembantu sebelah rumah saya tersebut, mereka pergi menemui cowok kenalan mereka yang tinggal lain blok dengan tempat kami tinggal....
Bayangkan Sps....jika kami orangtuanya tidak pulang jam 10.00 berarti mereka akan mengeluarkan anak saya jam 12.00...khan kebayang nggak kalau dalam waktu 2 jam itu terjadi apa apa sama anak kita....
Aduh Sps miris sekali kalau ingat kejadian hari sabtu kemarin, sekarang pembantu sebelah rumah saya sudah dipecat dan dibalikkan lagi ke kampung halamannya, Gimana Sps apa yang harus saya lakukan untuk pembantu saya ... Dimarahi sudah pasti....tapi saat ini saya bingung karena belum dapat penggantinya (kalau sdh dapat yg baru maunya saya pecat juga)... Saya tinggal di Batam yang notabene cari pembantu susah sekali...
Ini curhat sekalian minta pendapat.... Tolong ya Sps tindakan apa yang harus saya lakukan.... Maaf kalau curhatnya jadi kepanjangan... -------------------
Kalo aku, aku marahin, aku gamparin, trus aku laporin polisi. Atau aku cemplungin ke laut biar dimakan ikan hiu. Grrrrrrhhhh... |
posted by Unknown @ 3:40:00 PM |
|
|
|
Renungan Buat Para Bapak Dan Calon Bapak
|
Cerita ini aku ambil dari milis angkatanku...Melankolis cekali ini ceritanya, hiks hiks... Jadi inget 1 Oktober tahun lalu, jam 12 malam sampe setengah 8 malam, hihihihi... -------------------------
Sudah pukul 19.00 malam. Saatnya aku berangkat untuk mengejar pesawat ke Jakarta pukul 20.30. Traveling-bag sudah disiapkannya sejak pagi.
"Pergilah," katanya memandang mataku. "Ini belum waktunya. Kontraksinya bukan di fundus, tetapi di bagian bawah. Mungkin . sakit biasa."
Aku pun mengangguk berusaha yakin. Bagaimanapun ia seorang dokter. Dan, ia pun sudah aku bekali dengan alamat, no telp, dan ancar-ancar ke rumah bidan itu. Aku bahkan sudah meninggalkan pesan ke teman sekantor, jika sewaktu-waktu saat itu tiba, ia siap membantu.
Keningnya segera kucium setelah tanganku diciumnya mesra. Dan tas itu sudah kuangkat untuk kugelandang ke pintu depan. Tangannya menyuruhku pergi, tetapi kutahu matanya tidak. Ia bahkan tidak beranjak dari tempatnya karena sakit yang tak terperikan itu. Apakah ini sudah waktunya? Tanya batinku mencari kepastian. Bukankah perkiraannya masih 9-10 hari lagi?
Kulihat kini mata itu basah.
Sedetik kemudian aku putuskan, "Kayaknya lebih baik aku tak jadi pergi." Begitulah kata-kataku meluncur dan tas kuletakkan kembali.
Ia terkesima. "Nggak papa, ta, Mas?" tanyanya, sembari mengusap sembab matanya. "Aku nggak papa, kok. Kalaupun nanti ke bidan sendiri, aku bisa."
"Nggak. Aku bisa tunda acara di Jakarta besok."
Ia memelukku dalam isak.
"Coba kita lihat sampai besok, " bisikku. "Jika sakit itu mereda, aku bisa ke Jakarta petangnya."
Ia mengangguk. Aku segera memapahnya berbaring.
Kukontak teman seperjalanan. Dan kukatakan padanya keadaanku. Ia bisa mengerti. Segera aku ke kantor yang hanya 5 menit dari rumah untuk menitipkan data agar diserahkan ke anggota timku di Jakarta.
Belum selesai mengcopy ini-itu, sebuah SMS masuk ke mailbox HP-ku. "Mas, jangan lama-lama, ya?" begitu isinya. Dari isteriku. Secepat kilat kuserahkan data yang belum lengkap itu ke teman seperjalananku. Aku segera balik ke rumah.
Ternyata benar. Tak menunggu menit berlalu, ia sudah mengeluarkan tanda-tanda itu. Kontraksi di bawah perut yang semakin menguat membuatnya nyaris tak kuat berdiri, bahkan beringsut. Sepercik cairan merah atau coklat, aku tak tahu pasti, semakin menambah keyakinan bahwa saatnya telah tiba. Maju dari perkiraan.
Kutelpon temanku yang mau meminjami mobil. Segera aku berbenah. Cepat. Tak ada waktu menunggu. Dua potong jarit, setumpuk popok, stagen, pakaian ganti luar dalam, softtex, minyak but-but, spirulina. Semua kumasukkan asal-asalan dalam tas kuning yang sudah disiapkannya jauh hari.
Mobil pinjaman teman segera datang. Dan ia pun kubawa pergi. Sementara aku mengatakan padanya untuk tenang dan terus bertahan, aku sendiri menyumpah-serapahi mobil-motor di depanku yang tak segera beranjak ketika lampu lalu-lintas sudah kuning berkelip-kelip menuju hijau. Sementara aku katakan padanya sebentar lagi sampai di tempat tujuan, aku sendiri tegang: penginnya ngebut karena tujuan masih jauh, tapi tak mungkin.
Ketika akhirnya sampai di tujuan, hujan turun gerimis dan dia sudah buka 10! Bu Is, bidan kami, segera beraksi. Suntikan, tabung oksigen, selimut, sarung tangan, botol-botol cairan. Lampu-lampu dinyalakan. Celemek dipakaikan. Sementara ia, yang telah menyiapkan tasku sejak pagi, meringis menahan sakit di atas pembaringan. Bu Is menyuntik seraya memegang-megang perut buncitnya. Asistennya menyiapkan ember.
Aku menggenggam tangannya. Aku memegang keningnya. Peluh bercucuran.
Dan kami semua menunggu detik-detik itu.
Tak berapa lama, ia mengejan. Bu Is memberi aba-aba. Aku menggenggam lebih erat tangannya. Ia mengambil napas panjang. Ia mengejan lagi. Suaranya seperti ingin menghentakkan sesuatu yang sangat berat. Wajahnya pias bertaburan keringat. Aku komat-kamit berdoa sambil mengusap titik-titik air yang terus mengalir di seluruh wajahnya.
Ia berhenti sejenak lagi, mengambil napas panjang lagi, dan mengejan lagi! Bu Is memberi aba-aba. Aku pucat. Kudengar kemudian suara seperti karet yang teregang begitu kuat, melewati batas maksimal regangannya. Seperti mau putus. Dan kulihat kepala itu. Perlahan, di sela riuh aba-aba Bu Is, ejanan dan erangan dirinya, dan suaraku sendiri yang menguatkannya untuk terus mendorong. Terus! Dorong! Kini kulihat perlahan leher, lalu punggung, tangan, dan akhirnya kaki keluar cepat diikuti . byoorrr! Ketuban mengalir laksana air bah. Putih. Bening seperti air beras.
Ia terengah serupa habis mengangkat beban ribuan karung. Terkulai pucat-pasi. Lelah tiada tara. Kemudian terdengar oek-oek memecah malam. Hujan gerimis di luar terdengar jelas menusuki atap genting. "Laki-laki, Mas," Bu Is memberi kabar seperti angin sejuk mengaliri padang gersang. Isteriku tersenyum, dan sepertinya semua yang dialaminya seketika hilang, tergantikan dengan kegembiraan yang tak tergambarkan. Aku tersenyum padanya. Laki-laki, bisikku padanya mengulang. Ia menggenggam erat tanganku.
"Aku capek sekali, " katanya.
Tapi kutahu, sinar matanya menyiratkan suka-cita.
Alhamdulillah! Allahu Akbar! Laki-laki, sama denganku. 3,8 kg. Lahir per vaginam. 12 Pebruari 2006 jam 21.00 WIB.
Seketika nyawaku saat itu serasa menjadi rangkap!
***
Persalinan merupakan peristiwa besar penuh misteri. Peristiwa berdarah-darah.
Ia seperti sebuah garis batas yang mengkhawatirkan. Tak jarang mengerikan. Barang siapa melaluinya seperti halnya melewati batas antara hidup dan mati. Ia harus dilakoni bukan oleh seorang pria gagah-perkasa, melainkan seorang wanita dengan segala kelemahannya. Saking beratnya episode ini, Rasul menimbangnya sebagai sama dengan jihad di medan peperangan.
Pernahkah Anda mengalami keadaan ini. Isteri sudah berkontraksi penuh. Bidan lalu memecah ketuban untuk memperlancar persalinan. Tetapi ketika memeriksa, ia seperti berteriak histeris, "Bu, ini bukan kepala! Bayinya sungsang! Saya tidak berani. Tunggu, tahan dulu! Saya akan panggilkan dokter!"
Ia lalu menelepon dokternya setengah berteriak-teriak seakan-akan seekor anjing galak sudah bersiap menggigit kakinya. Sementara Anda, seorang laki-laki perkasa yang hanya bisa bengong dan tak tahu harus berbuat apa melihat isteri Anda tersiksa begitu rupa. Di saat itulah Anda akan merasakan betapa bayang kematian terasa di depan mata dan Anda betapapun perkasanya seperti tiada berguna. Betapa kekhawatiran akan kehilangan seseorang, detik itu, menghantui diri Anda.
Saya pernah mengalaminya saat kelahiran anak saya kedua.
Ini kali keempat saya mendampingi isteri melewati garis batas itu. Tetapi, rasanya seperti mendampingi proses kelahiran anak yang pertama, kedua, dan ketiga. Selalu saja timbul pertanyaan itu: akankah masih bisa menjumpai senyumnya setelah episode ini?
Melihatnya meringis menahan sakit, menggenggam tangannya ketika mengejan, melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ia mengeluarkan buah hati kami, sungguh merupakan episode yang menggetarkan. Dan, sehabis itu, cinta ini seperti semakin tumbuh. Menjulang. Apakah memang cinta justru akan menemukan titik puncaknya ketika dihadapkan pada situasi antara hidup dan mati? Di saat kemungkinan hidup sama tipisnya dengan kemungkinan tidak menjumpainya lagi?
Karena sebab ini pulalah, saya berupaya untuk selalu mendampinginya pada peristiwa berdarah-darah itu. Melihatnya bergulat maut, membuat saya tidak akan pernah tega melukai hatinya. Apalagi memukulnya. Sungguh, apa yang saya sandang, apa yang saya kerjakan sejak keluar pagi dan pulang petang untuk mereka yang di rumah, tidaklah sepadan dengan apa yang harus dialami wanita perkasa itu.
Wahai! Betapa benar sabda Rasul SAW bahwa sebaik-baik suami adalah yang terbaik akhlaknya kepada isterinya. Dengan membandingkan pengorbanan pada peristiwa persalinan ini saja, rasanya, Anda, para suami tidak ada apa-apanya jika dibandingkan wanita yang anak-anak Anda memanggil padanya ibu.
Karenanya, mendampinginya bersalin adalah sebuah terapi jiwa, sekaligus episode pembaharuan cinta padanya. Jadi, jika rasanya cinta saya padanya sedikit terdegradasi, barangkali sudah waktunya bagi saya mendampinginya lagi untuk bersalin.
Sepertinya senda-gurau. Tetapi percayalah, ini serius. Dan satu hal yang selayaknya diingat adalah bahwa yang dibutuhkannya pada saat genting itu bukanlah ibu ataupun mertua Anda. Ia hanya membutuhkan genggaman tangan Anda. Jadi, sudahkah Anda melakukannya?
----------- Honey, again and again, thank you yaaa.... Mmmuach! :) |
posted by Unknown @ 12:09:00 PM |
|
|
Friday, August 11, 2006 |
Foto-foto sama Meong
|
Pagi tadi setelah mandi, Kintan nunjuk2 si Meong yang lagi bobok di atas pancuran (pancuran mati, ga ada airnya). Para meong itu lagi ngantuuuk banget kliatannya, duduk di pancuran sambil ngantuk2. Kintan udah ribut minta pegang aja, akhirnya mama ambil 1 kucing dan dideketin sama Kintan...
foto bersama... "alo meongg... pa kabal?"
"iihhh gemessss... mamaaaa... Kintan mau pegang kepalanya" kata mama "salaman aja yaa... ayo salim sama meong" Eh karna terlalu gemes, abis salaman tangan si meong tambah ditarik2, laaahhh... Ya ampun, kaget banget, kasian kan kucing kecilnya... Duh Kintaaan... Abis itu si meong ditaroh lagi sama mama di tempatnya yang tadi, biar nerusin bobok... "Kintan main sepeda sama papa aja ya nak, jangan mainan kucing lagi... kasian tuh, udah biar kucingnya bobok" Kintan: "HUAAAAAAAAAAAA :((" |
posted by Unknown @ 3:09:00 PM |
|
|
|
Kintan Nemani Mamakucing Makan Siang
|
Di rumah ada sekelurga kucing yang suka numpang tidur di halaman depan. Keluarga itu terdiri dari mamakucing sebaga kepala keluarga, meong1 sebagai anak pertama, dan meong2 sebagai anak kedua, hihihih... Meong1 dan Meong2 adalah anak kembar, tapi kok bulunya ga sama yah? ga tau lah.
Anyway, di suatu siang, papa kasih whiskas ke mamakucing, dan Kintan nemani mamakucing maem whiskasnya...
nemeni mamakucing makan siang, sambil main...
mainnya makin deket ke mamakucing...
"hemm... mamakucing asyik banget maemnya..."
"makan apaan tuh... kayaknya enak... emmmm... sllrrppp..."
"mamakucing aku minta yaaah..." sambil nyomot Sebelum whiskasnya sempat kemakan, Kintan keburu diomelin mama... "Aduuuh mainan apa tuh, jangan dimakan, iiih jijay, ayo buang buang!
"Yaah ga jadi deh..." kata Kintan... *tampang kecewa |
posted by Unknown @ 2:07:00 PM |
|
|
|
Kintan belajar gosok gigi
|
Giginya sudah ada 4 lho, 2 diatas 2 dibawah... Ini buat mengenalkan sikat gigi ke Kintan, yah walopun faktanya waktu mandi sikat giginya cuma dipegang dan dicelup2 ke air. Hehehe, ga apa2, biar nanti gedenya ga asing sama sikat gigi dan rajin gosok gigi... sikat gigi cara konvensional, digosok pake jari mama... Kintan pasrah aja... nyobain sikat gigi baru, tetep pasrah... hahahah... |
posted by Unknown @ 2:04:00 PM |
|
|
Wednesday, August 09, 2006 |
PDF yang ada link daftar isinya
|
Berminggu-minggu aku bingung cara gimana supaya kalo convert dokumen Word ke PDF bisa ngelink daftar isinya, dan bisa muncul document map-nya kayak yang di Word.
Ealah nggletek... Baru hari ini ketemunya... (karna nyari2nya juga baru hari ini, hihihi). Quite simple, kaloooo... tau caranya... hihihi. Ini postingan gak penting buat yang jago-jago IT, tapi tetep pengen aku tulis, lha siapa tau aku suatu hari lupa, tinggal baca ini aja kan...
1. Instal Office (MS Word) 2. Instal Adobe Acrobat (aku install versi 6) point 1 dan 2 harus berurutan, setauku. 3. Nanti di Word akan muncul menu "Adobe PDF" dan "Acrobat Comments", dan juga toolbarnya. 4. Nah kalo ga muncul gimana? Atau muncul sekali, trus quit Word, dan lalu pas masuk lagi menu dan toolbarnya udah ngilang entah kemana. How? Dari hasil googling, cara memunculkannya lagi adalah: (males translate nih, aslinya aja deh) ---------------- In Word, choose View> Toolbars: --If PDFMaker is listed make sure it is selected. --If PDFMaker 5.0 isn't listed, Choose Tools> Templates & Add-ins: If PDFMaker.dot is listed make sure it is selected and click OK. If PDFMaker.dot is not listed, do the following: a. Click add b. Navigate to the Program Files/Adobe/Acrobat 5.0/PDFMaker folder, select PDFMaker.dot and click OK. c. Click OK to close the Templates & Add-ins dialog box. d. Choose View>Toolbars, and make sure that PDFMaker 5.0 is selected. ---------------- 5. Nahhh sekarang undah muncul kan menu dan toolbarnya? Kalo belum jangan tanya aku, hehehe...
6. Kuncinya ternyata di Conversion Setting --> 7. Di menunya Word, pilih "Adobe PDF", trus pilih "Change Conversion Setting" n pilih tab yang "Bookmarks".
8. Di Bookmarks Option, pilih Convert Word Style to Bookmarks, lha terus centangin deh heading-heading yang kita jadiin acuan daftar isi.
9. Udah segitu doang setingnya. 10. Lalu tinggal diconvert ke PDF deh.
Hasilnya? Horeee akhirnya daftar isinya bisa ngelink!!!!
Masih mau ngutak-ngatik lagi nih, kali aja nemu ilmu baru. Gak penting buat anda? ya sudah... Yang penting ini penting buat saya, hehehe... |
posted by Unknown @ 12:18:00 PM |
|
|
Monday, August 07, 2006 |
Tentang Jam Kerja Lagi...
|
Pagi ini ke kantor... macet luar biasa... mungkin karna hari Senin, mungkin juga setiap pagi memang seperti ini. Aku dan papa biasa berangkat jam 8-9an, perasaan gak terlalu macet deh biasanya. Memang hari ini keterlaluan...
Sampe di kantor, buka dokumen SOP dan SMP yang akan dideliver ke Deutsche Bank pagi ini. Fleksible nya jam kerja di kantor pun aku bayar dengan weekend menghabiskan beberapa jam di depan laptop untuk menyelesaikan translate dokumen-dokumen itu weekend kemarin di rumah, karna aku baru dapat bahannya dari Novan Sabtu malam. "kayaknya ga bisa selesai hari deh SOPnya, di rumah ada internet ga? gw kirim email aja ya Sabtu?" --> hari jumat sore. "Okay, asal jangan hari Minggu ya Van" aku juga perlu waktu untuk diri sendiri setelah Senin-Jumat ada di kantor. Akhirnya dokumen-dokumen itu selesai juga.
Kantorku memang penyedia IT solution, vendor kalau boleh disebut. Mayoritas karyawannya tentu saja programmer. Programmer (katanya) bisa lancar coding kalau sedang mood. Makanya pemandangan biasa kalau mereka baru datang ke kantor jam 10 pagi, dan pulang jam 12 malam, kadang malah menginap di kantor kalau sedang banyak kerjaan. Aku karyawan baru, jobku documenter. Tentu saja membuat dokumen aku tidak bisa sendiri, aku perlu materi, dan materi itu datangnya dari para programmer.
Beberapa hari yang lalu, setelah selesai mengerjakan 1 dokumen, aku bersiap pulang. Aku datang hampir jam 10.30 hari itu, karna Kintan agak manja, jadi berangkat agak siang. Sebelum pulang aku sempatkan menyapa 1 rekan kerja, lewat YM, karna aku di lantai 4, dan dia di lantai 2, aku di Dept Teknik, dan beliau di Dept HRD. "Dokumen udah selesai, aku mau pulang ah" "Hayoo tadi datang jam berapa..." "Setengah 11, hehehe... "aku masih dalam nada ceria, "Kan kewajiban datang jam 8" "Yang penting kerjaan selesai, aku bisa kerja dengan efisien. Kata mas Radit kalo udah selesai gpp pulang, lagian aku ga ada kerjaan lagi" Akhirnya temanku itu berkata seperti ini, "diitung bneran ma kntr loh ntar, aku sih cuma ngingetin, emang cuma radit aja bos disini, aplg status kita blom karyawan tetap, mending jgn bikin aturan sndr dee, jgn smp ntar dpt teguran dr atasan langsung. lebih ga enak, sekedar ngingetin aja... :)"
Akhirnya aku nunggu sekitar 1 jam lagi untuk pulang, setelah bercerita sama papa. Papa mau mengerti. Sebenarnya aku mau pulang waktu itu juga, kalaupun ditegur ya sudah. Papa harus ke kantor lagi malam harinya (kerja malam), makanya aku paksakan untuk menyelesaikan semua pekerjaanku dengan cepat hari itu supaya bisa pulang cepat. Dan aku ditegur orang HRD. Akhirnya 1 jam aku isi dengan membuka2 situs internet dan email. Wasting time, really... And I hate it.
Apakah profesional itu dihitung dengan jam 8 tepat datang dan minimal jam 5 pulang? Apakah kita dibayar untuk stay in the office for certain office hours? Aku pikir gaji yang diberikan bosku adalah untuk semua pekerjaan yang sudah aku selesaikan dengan baik. Walaupun aku harus membayar dengan pulang malam, atau kerja di rumah, aku jalani itu, sampai pekerjaanku selesai. Aku juga TIDAK PERNAH minta uang lembur atau uang reimburse koneksi internet di rumah. Seperti papa, kami tidak suka mencari tambahan gaji dengan lembur, lebih suka memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sesuai porsinya.
Aku tahu di kantorku ini jam datang tidak dipermasalahkan, yang aku tahu memang HRD mencatat dalam seminggu berapa hari kerja yang telah aku habiskan di kantor. Dan aku tidak khawatir kalau seperti itu metodenya, karna kalaupun aku pulang cepat di hari Senin, aku akan membayar dengan pulang malam di hari Selasa.
Logika lain, aku perlu koordinasi dengan para programmer untuk membuat dokumen. Kalau programmer datang jam 10, dan aku datang jam 8, 2 jam menunggu buatku kan? Tidak efektif, makanya aku lebih suka menyesuaikan jam kerjaku dengan jam kerja mereka.
Aku juga bukan anak kecil yang makan gaji buta. Kalau pekerjaanku selesai dengan baik, dan dinilai baik oleh atasanku, aku kira itu cukup sebagai parameter bahwa aku profesional. Jam kerja? Forget it. Jujur saja, aku tidak suka diusik tentang hal tidak penting seperti itu. Aku resign dari tempat kerjaku yang dulu salah satunya juga karna jam kerja yang ketat. Aku benar-benar tidak suka. |
posted by Unknown @ 1:34:00 PM |
|
|
Friday, August 04, 2006 |
Kintan Biker
|
Hari apa ya aku lupa, kalo ga salah Selasa pagi, malem sebelumnya abis ujan, paginya uuhhh... segerrrr... Secara rumahku deket sama hutan studio alam (huahahhahah... pake "secara" :p). Maksudnya rumahku itu ada di belakangnya studio alam yang terkenal banyak pohon-pohonnya, jadi pagi2 setelah hujan pasti kabut turun, sejuuk ahhh....
Pagi-pagi Kintan udah ribut minta keluar rumah (ribut=teriak2 sambil merangkak gedor2 pintu, red). Akhirnya papa ngajak Kintan keliling komplek naik sepeda mini. Karna dingin banget, Kintan aku pakein seragam eskimonya, celana panjang, jaket + kaos kaki.
Kring..kringgg... minggir semua! Biker mo lewat!
|
posted by Unknown @ 11:58:00 AM |
|
|
Thursday, August 03, 2006 |
|
Where is the moment we needed the most You kick up the leaves and the magic is lost They tell me your blue skies fade to grey They tell me your passion's gone away And I don't need no carryin' on
You stand in the line just to hit a new low You're faking a smile with the coffee to go You tell me your life's been way off line You're falling to pieces everytime And I don't need no carryin' on
Cause you had a bad day You're taking one down You sing a sad song just to turn it around You say you don't know You tell me don't lie You work up a smile and you go for a ride You had a bad day The camera don't lie You're coming back down and you really don't mind You had a bad day You had a bad day
Well you need a blue sky holiday The point is they laugh at what you say And I don't need no carryin' on
You had a bad day You're taking one down You sing a sad song just to turn it around You say you don't know You tell me don't lie You work up a smile and you go for a ride You had a bad day The camera don't lie You're coming back down and you really don't mind You had a bad day
(Oh.. holiday..)
Sometimes the system goes on the blink And the whole thing turns out wrong You might not make it back and you know That you could be well oh that strong And I'm not wrong
(yeah...)
So where is the passion when you need it the most Oh you and I You kick up the leaves and the magic is lost
Cause you had a bad day You're taking one down You sing a sad song just to turn it around You say you don't know You tell me don't lie You work up a smile and you go for a ride You had a bad day You've seen what you like And how does it feel for one more time You had a bad day |
posted by Unknown @ 10:59:00 AM |
|
|
|
"Secara"
|
Di suatu sore yang santai dan cerah ceria... "pa, pernah denger kata "secara" ga? ituuu.. yang lagi ngetren.. ibu2 di milis kalo ngomong pasti ada "secara"nya, apaan sih tuh? " jawab papa, "karena".
bahhhh... kok tau papa? padahal diri ini menganggap aku udah cukup gaul lho, hihihi, ternyata kalah sama papa. Pertanyaan ttg "secara" itu sebenernya udah lama juga aku ga ngeh nya, tapi baru aku tanyain kemarin, gengsi lah, masak anak gaul ga tau bahasa yg lagi ngetrend saat ini,ahahhahaha...
Aku banyak ikut milis ibu2, dan ga tau darimana asalnya pada suka pake kata secara, dan kalo udah gitu, aku jadi ga nyambuuunggg... tulalit tulalit...
Coba baca ini, "Anakku kemarin sakit panas nih, secara bapaknya pulang malem banget jadi baru besoknya bawa ke dokter" --> secara bapaknya pulang malem --> bapaknya pulang secara malem? --> bapaknya pulang pake cara apa malem2?, bahhh tak taulah...
Atau ini, "Secara pembantuku mau pamit, jadi aku bingung nih jeng mau cari pembantu dari mana lagi" --> secara pembantu pamit?? duuh secara nalar saya enggak ngerti dehhh...
Wal hasil beberapa hari kemudian di milis ada yg protes, "Saya suka bingung kalo ada member milis ini yang pake kata "secara", kayaknya itu ngetrend karna sering denger di radio deh. Marilah kita gunakan kata "secara" secara tepat, pada tempatnya..." Beberapa member yang setipe sama aku (sama gak ngertinya sama kata "secara") juga langsung nambahi, intinya, hentikan pemakaian kata "secara" yang bikin bingung itu, bwhahahhahaha....
Back to paragraf paling atas, setelah aku tau bahwa "secara"=karena, aku baca2 lagi arsip2 milis dan baru ngerti apa sih sebenernya yang mau diceritain ibu2 itu...
Oooh jadi karena bapaknya pulang malem jadi baru bisa ke dokter besoknya... Ooohhh jadi karna pembantunya pulang jadi mo nyari pembantu baru... OOhh.... |
posted by Unknown @ 9:21:00 AM |
|
|
|